CIREBON, GemaMadani.com – Orang tua salah satu pelajar berinisial V, yang terlibat dalam kasus penyebaran foto editan tidak pantas, akhirnya angkat bicara. Dalam pertemuan klarifikasi yang digelar bersama keluarga korban, pihak sekolah, serta perwakilan masyarakat, orang tua V menegaskan bahwa mereka siap bertanggung jawab penuh dan telah mengambil langkah tegas terhadap anaknya.
“Saya sebagai orang tua menyelesaikan ini secara gentleman. Saya tahu anak saya salah, dari manapun asal masalahnya tetap salah. Karena itu saya bertanggung jawab dan mengambil langkah mendidik lebih kuat lagi,” ujar Ayah V, yang didampingi Kuasa Hukumnya, Firman Jisung, S.H., Gusti Rendra Maulana, S.H., dan Muhammad Agus Fajar Syaefudin., S.H., M.H. dari Konsultan Hukum dan Advokat Jilaw & Partners. Senin (25/8/2025).
Ia menegaskan, isu bahwa anaknya dikeluarkan sekolah tidak benar. Keputusan untuk mundur datang langsung dari keluarga sebagai bentuk tanggung jawab agar pihak sekolah tidak terseret lebih jauh.
“Itu inisiatif kami sendiri, bukan dikeluarkan,” tegasnya.
Selain itu, keluarga juga sudah menyiapkan rencana agar V melanjutkan pendidikan di pesantren. Hal ini dianggap sebagai langkah terbaik untuk memberikan pendidikan agama yang lebih mendalam sekaligus mendidik disiplin anak.
Ayah V juga membantah sejumlah kabar yang beredar. Ia menyebut bahwa anaknya memang sempat melakukan editing, tetapi tidak sebanyak yang diberitakan dan tidak sampai ke tingkat vulgar seperti yang ramai di media sosial.
Justru, menurut keluarga, V membeli sejumlah link dari pihak lain dengan tujuan menarik dan menghapus konten tersebut dari peredaran, bukan menjualnya.
“Isunya menjual, padahal dia membeli supaya bisa ditarik. Jadi jangan sampai semua berita mengarang,” katanya.
Pihak keluarga mengaku sejak awal sudah bersikap persuasif dengan mendatangi sebagian besar korban dan meminta maaf. Namun, isu ini kembali mencuat meski sudah ada perdamaian dengan beberapa pihak.
“Kami bukan membela diri, tapi mohon jangan sampai masyarakat main hakim sendiri. Ibu dari V bahkan tidak kuat hadir karena banyak teror yang datang ke rumah, mulai dari ancaman hingga kiriman sampah,” ungkapnya.
Keluarga juga berharap Dinas Perlindungan Anak menyediakan ruang konseling, baik untuk korban maupun pelaku, agar proses pemulihan psikologis bisa berjalan lebih baik.
Di akhir pernyataannya, ayah V kembali menegaskan permohonan maaf mendalam kepada para korban, sekolah, dan masyarakat luas. Ia berharap kasus ini bisa menjadi pelajaran berharga dan segera menemukan jalan keluar terbaik tanpa menimbulkan dampak lebih besar bagi semua pihak. (Yus)